Kamis, 12 Desember 2013

Skizofrenia


Aduh,,,,zaman sekarang kok banyak yah ditemukan orang stress bahkan sampai gila/sizofrenia..apa pengertian da penyebabnya????
Mari kita ketahui lewat tulisan q yang sederhana ini.

 
Pengertian Skizofrenia

Menurut Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.
Sebab-sebab Skizofrenia/ ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab skizofrenia antara lain:
1. Lebih dari separuh dari jumlah penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikosis atau sakit mental.
2. Tipe kepribadian yang schizothyme (dengan jiwa yang cenderung menjadi skizofren) dan bentuk jasmaniah asthenis (tidak berdaya/bertenaga) mempunyai kecenderungan kuat menjadi skizofren.
3. Sebab-sebab organis: ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral. Juga terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar-kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan kelenjar adrenal mengalami atrofi berat. Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya.
4. Sebab-sebab psikologis: ada kebiasaan-kebiasaan infantile yang buruk dan salah, sehingga pasien hampir selalu melakukan mal adjustment (salah-suai) terhadap lingkungan. Ada konflik diantara super ego dan id (freud). Integrasi kepribadiannya sangat miskin, dan ada kompleks-inferior yang berat.
Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.
Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.
. Prevalensi skizofrenia pada populasi tertentu dalam Saddock&Saddock (2003)
  • Populasi Prevalensi
  • Populasi umum 1%
  • Saudara kandung pasien skizofren 8%
  • Anak dengan salah satu orangtua skizofren 12%
  • Kembar dua telur dari pasien skizofren 12%
  •   Anak dengan kedua orangtua skizofren 40%
  • Kembar satu telur dari pasien skizofren 47 %
KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
  •   stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
  •   Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
  • Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
  •   Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
  • Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);
  • Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
  • Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
  • Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
  • Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
  •   Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan
  • Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
  •   Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan
KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA :
1. Gangguan Pikiran
Penderita skizofrenia mengalami gangguan dalam cara berpikir maupun isi pikirannya.
a. Cara berpikir
Neologisme, disini penderita memiliki frasa-frasa kata yang baru dimana frasa kata tersebut hanya bisa dimengerti oleh dia sendiri. Dalam pembicaraanpun mencerminkan asosiasi longgar dimana ide-ide yang dibicarakan meloncat-loncat dan tidak berhubungan. Selain itu penderita dipengaruhi oleh bunyi kata ketimbang maknanya.
b. Isi pikiran
Kebanyakan penderita skizofrenia mengalami waham/delusion ( suatu perasaan atau keyakinan yang keliru yang tidak bisa diubah dengan penalaran maupun penyajian fakta ).
Macam waham/delusion :
a) Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
b) Delusion of influence = waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c) Delusion of passivity = waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
d) Delusion of perception = waham yang berhubunagn dengan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik,
2. Gangguan Persepsi
Penderita seringkali merasakan bahwa dunia tampaknya “berbeda” bagi mereka. Penderita merasa bagian tubuh mereka tampak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Gangguan persepsi yang paling dramatis dinamakan halusinasi. Halusinasi auditorik/dengar ( biasanya penderita mendengar suara yang menyuru penderita berperilaku tertentu maupun mengomentari perilakunya ) merupakan halusinasi yang sering terjadi. Halusinasi visual/lihat ( penderita melihat sesuatu yang asing ) agak jarang ditemukan. Halusinasi sensorik lain ( penderita merasa ada suatu bau buruk yang keluar dari tubuhnya, merasa kulitnya ditusuk-tusuk ) juga jarang ditemukan.
3. Gangguan Afek
Pada umumnya penderita tidak merasakan emosi apa-apa. Penderita tidak mampu merespon stimulus emosi dengan benar. Sebagai contoh penderita mungkin tidak menunjukan emosi saat diberitahu kalo anaknya meninggal atau tertawa saat mendapat berita yang tragis.
4. Gangguan Perilaku
Penderita biasanya menunjukan aktivitas motorik dan ekspresi wajah yang aneh. Ada juga yang melakukan gerakan yang tak lazim tanpa berhenti atau mempertahankan dalam periode waktu yang lama atau cenderung mematung.
5. Gangguan Kemampuan untuk Bekerja
Pada umumnya penderita kehilangan motivasi kerja dan keterampilan sosial. Selain itu penderita tak memperhatikan kesehatan ( tidak mau mandi ). Dan tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
GEJALA-GEJALA
Tanda awal skizofrenia sering kali terlihat sejak kanak-kanak. Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: anak sulit melakukan pembicaraan terarah. Gangguan atensi: anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, serta memindahkan atensi. Pada anak perempuan tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang dan ekspresi wajah sangat terbatas. Sedangkan pada anak laki-laki sering menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Namun secra umum skizofrenia mempunyai beberapa gejala yang seringkali tampak pada penderita gangguan ini. Di antara gejala-gejala yang umumnya terjadi adalah:
o Realitas yang berbeda
Sebagaimana orang yang normal, setiap orang memiliki perspektif sendiri-sendiri dalam menghadapi hidup. Begitu juga pada penderita skizofrenia. Ia juga mempunyai perspektif sendiri dalam menanggapi hidup. Tetapi pada penderita skizofrenia, perbedaan perspektif tersebut terlihat sangat mencolok dan cenderung terbalik daripada perspektif orang lain secara umum, yang tidak ada alasan yang logis terhadap perspektif-perspektif yang ada.
o Halusinasi
Penderita skizofrenia seringkali terganggu oleh hal-hal yang sebenarnya tidak ada (halusinasi). Halusinasi ini meliputi halusinasi auditori atau halusinasi suara; penderita mendengar suara-suara tanpa tahu dari mana datangnya. Biasanya, suara-suara yang didengarnya berasal dari luar kepalanya yang sering digambarkan dengan suara-suara yang berlanjut, peringatan akan bahaya-bahaya yang segera dating atau suara-suara yang memberitahu pernderita tentang suatu hal yang harus dilakukan. Halusinasi visual, yaitu penderita seringkali melihat suatu objek yang tidak dilihat orang lain. Halusinasi peraba, yaitu penderita merasakan sensasi-sensasi tanpa bentuk yang pasti.
o Delusi
Yaitu keyakinan yang salah pada penderita terhadap suatu hal tanpa adanya alasan dan bukti yang logis. Pada gejala ini, penderita seringkali merasa bahwa orang lain akan menangkap dan menyakitinya. Atau sebaliknya, penderita seringkali merasa bahwa ia adalah seorang tokoh yang besar.
o Asosiasi yang tidak logis
Penderita skizofrenia seringkali mengucapkan kata-kata yang tidak berhubungan sama sekali. Pikirannya kacau, sehingga kata-kata yang diucapkan terdengar ngawur dan tidak bisa dimengerti oleh orang normal.
 Hilang perasaan-perasaan
Pada gejala ini, penderita dapat dikatakan mati rasa. Respon penderita terhadap suasana di luar dirinya sangat buruk. Ia tidak merasa gembira pada suasana lingkungan yang gembira, dan ioa tidak merasa sedih walaupun suasana lingkungannya sedang berduka.
o Mental yang buruk
Biasanya, pada awal timbulnya gangguan ini, kondisi mental penderita cenderung menurun, baik itu kecerdasan maupun kemampuan mental penderita dalam menanggapi rangsang dari luar.
o Secara fisik, penderita skizofrenia seringkali mengalami gangguan pda tingkah laku stereotips; kadang-kadang ada gerak-gerak motorik yang lamban, tidak teratur dan kaku dan sering nertingkah aneh
Gejala(Menurut Bleurer)

I. Gejala Primer
1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
- Terjadi kedangkalan afek-emosi
- Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
- Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
- Emosi berlebihan

- Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik


3. Gangguan kemauan
- Terjadi kelemahan kemauan,Perilaku negativisme atas permintaan,Otomatisme: merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala psikomotor
Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme, Stereotipi, Katelepsi: mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama, Echolalia dan echopraxia
5. Autisme
II. Gejala Sekunder

1. Waham  2. Halusinasi

Penanganan bagi penderita skizofrenia

Prognosa dan penyembuhan bagi penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh terutama jika keadaannya sudah parah. Yang penting adalah usaha prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247-248) berupa:
menghindarkan dari frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya.
  • รผ  Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik.
  • รผ  Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani.
  • รผ  Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert.
Dalam situs www.sivalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:
Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia
Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.
Selain itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga (bersama-sama pasien lainnya) dalam mana ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.
Semuanya memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan social yang mendukung). Disamping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi /rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).
Semua ini membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti, dan tidak mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada keadaan bebas penyakit dan terampil menjalani kehidupan secara mandiri.
 Penderitaan keluarga yang memiliki anggota skizofrenia
  1. Skizofrenia adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya bagi orang yang terkena tetapi pada keluarga juga. Barangkali tidak ada penyakit lain termasuk kangker yang lebih menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga seperti skizofrenia (Torrey, 1988)
  2. Atmosfer dalam keluarga adalah seperti menunggu dan terus menunggu akan meledaknya sebuah bom. Pasien terus menerus meragukan diri dan penuh pertanyaan. Keluarga hidup dengan ketakutan yang menetap bahwa gejala-gejala akan muncul lagi.
Banyak keluarga belum mengerti benar apa itu skizofrenia, ketidak mengertian itu melahirkan jalam pintas. Rata-rata mereka memasukkan kerabatnya ke rumah sakit jiwa, padahal penyakit ini bisa dikendalikan dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga penderitanya bisa hidup normal. Seperti yang dialami keluarga Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita skizofrenia,” saat anak saya divonis menderita skizofrenia saya kaget sekali. Rasanya saya ingin marah karena anak saya dianggap gila sebab dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat normal”.
Tetapi akhirnya suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya, dia merasa terus dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan sebagainya. ”saya tidak mau anak saya disebut gila”. Tapi kini anaknya memang sedang menjalani perawatan, dia sunggh luar biasa, dia tidak pernah berhenti berusaha setelah tahu dirinya menderita skizofrenia, katanya.
 Yang harus dilakukan keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara mengatasinya.
  1. Informasi/psikoedukasi.
  2. Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantua medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian info vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Info yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis danmembantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian info yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.
  3. Sikap yang tepat adalah SAFE.
  4. Menurut Torrey (1988) keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAEF ( Sense of humor, Accepting the illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic).
  5. Support group
  6. Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofren bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah.
  7. Family therapy(Object relations family therapy)
  8. Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
  9. Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri sipenderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan.
  10. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia.
  11. Menerima kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap ksar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.
  12. Pasca perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali emosi penderita.
  13. Yang penting usaha-usaha prevenif berupa hindari frusrtasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak sosial yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa kebranian.
  14. Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stres jangka pendek.
  15. Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama. Seperti mendengarkan musik, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap.
  16. Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion) yang terdiri atas kritikan atau komentar negatif, emotional over involvment, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan kehangatan. Bila keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhanpun akan rendah.
Tritmen Untuk Skizofrenia
Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia.
Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan.
Tritmen sosial dan psikologis
intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka akses setiap tapi di Indonesia masihรจsaat-terutama bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.
KriteriaSembuh
Istilah remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup disamping terbebas dari gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri pasien masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai kondisi sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan medikasi, konsultasi psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya.
Kini perlu disadari bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam usaha penyembuhan penderita skizofrenia. Keluarga penderita adalah sumber amat penting untuk memudahkan perawatan psikososial, untuk itu jangan jauhi penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar penderita tidak merasa dikucilkan.( http:/www.sivalintar.com/skizofrenia.html :1 maret 2008)

Posted on April 14, 2008 by harnawatiaj
Pengertian
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.
Penyebab
1.      Faktor predisposisi
·       Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
·       Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
·       Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
·       Virus paparan virus influensa pada trimester III
·       Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2.Faktor Presipitasi
·       Proses pengolahan informasi yang berlebihan
·       Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
·       Adanya gejala pemicu
Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :
·       Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas
·       Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
·       Menarik diri
·       Pada keluarga ; mengingkari
3      Prilaku
·       Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
·       Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
·       Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
·       Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-matainya.
·       Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
·       Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.
4.Rentang respon perilaku adaptif-maladaptif
Respon adaptif - respon maladaptif
Tanda dan gejala
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
·       Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu).
·       Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
·       Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
·       Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.
Penanganan
·       Psikofarmakologi
·       Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
·       penarikan diri high potensial
·       ECT tipe katatonik
·       Psikoterapi
Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
·       Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
·       Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
·       Interaksi sosial
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
Umumnya bermasalah dengan hukum.
Proses terjadinya waham
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.
Gejala- gejala waham
Jenis skizofrenia paranoid mempunyai gejala yang khas yaitu waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi (Maramis, 1998). Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:
a. Status mental
1)    Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2)    Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3)    Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4)    Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5)    Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan.
6)    Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1)    Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2)    Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3)    Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4)    Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
5.    Tipe-tipe waham
a. Menurut kaplan dan sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:
1)    Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yangsangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
2)    Tipe kebesaran (magalomania):yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.
3)    Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini jarang ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak, dan hilang setelah perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh pasangan, oleh karena delusinya.
4)    Waham kejar : keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
5)    Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe somatik.