Aduh,,,,zaman sekarang kok banyak yah ditemukan orang stress bahkan sampai gila/sizofrenia..apa pengertian da penyebabnya????
Mari kita ketahui lewat tulisan q yang sederhana ini.
Pengertian Skizofrenia
Menurut Kartono (2002, h.243)
Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi,
depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta
regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3)
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai
dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara
lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya
keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta
terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia
menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan
masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan
pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam
menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus
relasinya dengan orang lain.
Sebab-sebab Skizofrenia/ ETIOLOGI
Ada
beberapa penyebab skizofrenia antara lain:
1. Lebih dari separuh dari jumlah
penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikosis atau sakit mental.
2. Tipe kepribadian
yang schizothyme (dengan jiwa yang cenderung menjadi skizofren) dan bentuk
jasmaniah asthenis (tidak berdaya/bertenaga) mempunyai kecenderungan kuat
menjadi skizofren.
3. Sebab-sebab
organis: ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral. Juga
terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar-kelenjar adrenalin dan
piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan kelenjar adrenal mengalami atrofi berat.
Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua
ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya.
4. Sebab-sebab psikologis:
ada kebiasaan-kebiasaan infantile yang buruk dan salah, sehingga pasien hampir
selalu melakukan mal adjustment (salah-suai) terhadap lingkungan. Ada
konflik diantara super ego dan id (freud). Integrasi kepribadiannya sangat
miskin, dan ada kompleks-inferior yang berat.
Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor
psikososial, faktor lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin
memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu
pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan
skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti
infeksi) atau psikologis (missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal
dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti
penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas,
sehingga dapat menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren.
Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan
menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar
untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis
seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar
apapun stressornya.
Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien
skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai
kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak
tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang
berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks
frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling
berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan proses
patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran penelitian
adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi
antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat
dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan
ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu
banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas
reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya
hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
Ada korelasi antara efektivitas dan potensi
suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis
reseptor dopamine D2.
Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik-
seperti amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan
faktor genetik/keturunan merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya
seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi
lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita
skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak
kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan
pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mengalami skizofrenia.
.
Prevalensi skizofrenia pada populasi tertentu dalam Saddock&Saddock (2003)
- Populasi Prevalensi
- Populasi umum 1%
- Saudara kandung pasien skizofren 8%
- Anak dengan salah satu orangtua skizofren 12%
- Kembar dua telur dari pasien skizofren 12%
- Anak dengan kedua orangtua skizofren 40%
- Kembar satu telur dari pasien skizofren 47 %
KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan
menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi
dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya
di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien
atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence),
atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur
lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika
mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir
usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu
mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar
dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan
regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya
dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah
tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan
atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri
mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25
tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas :
pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan
umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak
dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas
diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh
sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan
kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
Proses pikir mengalami disorganisasi dan
pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta
gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination)
hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan
ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of
purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat
terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai
skizofrenia tipe terdisorganisasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya :
- stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
- Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
- Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
- Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
- Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);
- Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
- Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
- Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala
katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan,
serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien
skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai
dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya
malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya
sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak
dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan
pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ
III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
- Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
- Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan
- Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
- Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6.
Skizofrenia Residual
Untuk
suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua
:Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi
non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara,
dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
Sedikitnya
ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofenia;
Sedikitnya
sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
Tidak
terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut
DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan
skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup
untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social,
perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan
adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi
ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7.
Skizofrenia Simpleks
Diagnosis
skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
gejala
“negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai
dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan
ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
Skizofrenia
simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis
simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.
Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita
mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.
Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi
pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi
pengemis, pelacur, atau penjahat.
8.
Skizofrenia lainnya
9.
Skizofrenia YTT
Selain
beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak
berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Bouffe
delirante (psikosis delusional akut).
Konsep
diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala
yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan
skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat
puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya
diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
Skizofrenia
laten.
Konsep
skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi
diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental
untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik
skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat
dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten
sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan
skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh
atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik.
Sindroma juga dinamakan
skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip
mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya
terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah
digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman
halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika
terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien
untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim
untuk “skizofrenia paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk
perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham
yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini
menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan
gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya
menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh
gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang
kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami
kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang.
Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas
dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian
besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar,
halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan
struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap
pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian
besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau
penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan
(blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan
sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak
struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan
KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA :
1. Gangguan Pikiran
Penderita
skizofrenia mengalami gangguan dalam cara berpikir maupun isi pikirannya.
a. Cara berpikir
Neologisme,
disini penderita memiliki frasa-frasa kata yang baru dimana frasa kata tersebut
hanya bisa dimengerti oleh dia sendiri. Dalam pembicaraanpun mencerminkan
asosiasi longgar dimana ide-ide yang dibicarakan meloncat-loncat dan tidak
berhubungan. Selain itu penderita dipengaruhi oleh bunyi kata ketimbang
maknanya.
b. Isi pikiran
Kebanyakan
penderita skizofrenia mengalami waham/delusion ( suatu perasaan atau keyakinan
yang keliru yang tidak bisa diubah dengan penalaran maupun penyajian fakta ).
Macam
waham/delusion :
a)
Delusion of control =
waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
b)
Delusion of influence =
waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar.
c)
Delusion of passivity =
waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu
kekuatan dari luar.
d)
Delusion of perception =
waham yang berhubunagn dengan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik,
2. Gangguan Persepsi
Penderita
seringkali merasakan bahwa dunia tampaknya “berbeda” bagi mereka. Penderita merasa bagian tubuh mereka
tampak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Gangguan persepsi yang paling
dramatis dinamakan halusinasi. Halusinasi auditorik/dengar ( biasanya penderita
mendengar suara yang menyuru penderita berperilaku tertentu maupun mengomentari
perilakunya ) merupakan halusinasi yang sering terjadi. Halusinasi visual/lihat
( penderita melihat sesuatu yang asing ) agak jarang ditemukan. Halusinasi
sensorik lain ( penderita merasa ada suatu bau buruk yang keluar dari tubuhnya,
merasa kulitnya ditusuk-tusuk ) juga jarang ditemukan.
3. Gangguan Afek
Pada
umumnya penderita tidak merasakan emosi apa-apa. Penderita tidak mampu merespon
stimulus emosi dengan benar. Sebagai contoh penderita mungkin tidak menunjukan
emosi saat diberitahu kalo anaknya meninggal atau tertawa saat mendapat berita
yang tragis.
4. Gangguan Perilaku
Penderita
biasanya menunjukan aktivitas motorik dan ekspresi wajah yang aneh. Ada juga
yang melakukan gerakan yang tak lazim tanpa berhenti atau mempertahankan dalam
periode waktu yang lama atau cenderung mematung.
5. Gangguan Kemampuan untuk Bekerja
Pada
umumnya penderita kehilangan motivasi kerja dan keterampilan sosial. Selain itu
penderita tak memperhatikan kesehatan ( tidak mau mandi ). Dan tidak mampu
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
GEJALA-GEJALA
Tanda
awal skizofrenia sering kali terlihat sejak kanak-kanak. Indikator premorbid
(pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan anak
mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
Penyimpangan komunikasi: anak sulit melakukan pembicaraan terarah. Gangguan
atensi: anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, serta memindahkan atensi.
Pada anak perempuan tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial,
tidak bisa menikmati rasa senang dan ekspresi wajah sangat terbatas. Sedangkan
pada anak laki-laki sering menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Namun
secra umum skizofrenia mempunyai beberapa gejala yang seringkali tampak pada
penderita gangguan ini. Di antara gejala-gejala yang umumnya terjadi adalah:
o Realitas
yang berbeda
Sebagaimana
orang yang normal, setiap orang memiliki perspektif sendiri-sendiri dalam
menghadapi hidup. Begitu juga pada penderita skizofrenia. Ia juga mempunyai
perspektif sendiri dalam menanggapi hidup. Tetapi pada penderita skizofrenia,
perbedaan perspektif tersebut terlihat sangat mencolok dan cenderung terbalik daripada
perspektif orang lain secara umum, yang tidak ada alasan yang logis terhadap
perspektif-perspektif yang ada.
o Halusinasi
Penderita
skizofrenia seringkali terganggu oleh hal-hal yang sebenarnya tidak ada
(halusinasi). Halusinasi ini meliputi halusinasi auditori atau
halusinasi suara; penderita mendengar suara-suara tanpa tahu dari mana
datangnya. Biasanya, suara-suara yang didengarnya berasal dari luar kepalanya
yang sering digambarkan dengan suara-suara yang berlanjut, peringatan akan
bahaya-bahaya yang segera dating atau suara-suara yang memberitahu pernderita
tentang suatu hal yang harus dilakukan. Halusinasi visual,
yaitu penderita seringkali melihat suatu objek yang tidak dilihat orang lain. Halusinasi peraba, yaitu penderita merasakan sensasi-sensasi
tanpa bentuk yang pasti.
o Delusi
Yaitu
keyakinan yang salah pada penderita terhadap suatu hal tanpa adanya alasan dan
bukti yang logis. Pada gejala ini, penderita seringkali merasa bahwa orang lain
akan menangkap dan menyakitinya. Atau sebaliknya, penderita seringkali merasa
bahwa ia adalah seorang tokoh yang besar.
o Asosiasi
yang tidak logis
Penderita
skizofrenia seringkali mengucapkan kata-kata yang tidak berhubungan sama
sekali. Pikirannya kacau, sehingga kata-kata yang diucapkan terdengar ngawur
dan tidak bisa dimengerti oleh orang normal.
Hilang perasaan-perasaan
Pada
gejala ini, penderita dapat dikatakan mati rasa. Respon penderita terhadap
suasana di luar dirinya sangat buruk. Ia tidak merasa gembira pada suasana
lingkungan yang gembira, dan ioa tidak merasa sedih walaupun suasana
lingkungannya sedang berduka.
o Mental
yang buruk
Biasanya,
pada awal timbulnya gangguan ini, kondisi mental penderita cenderung menurun,
baik itu kecerdasan maupun kemampuan mental penderita dalam menanggapi rangsang
dari luar.
o Secara fisik, penderita
skizofrenia seringkali mengalami gangguan pda tingkah laku stereotips;
kadang-kadang ada gerak-gerak motorik yang lamban, tidak teratur dan kaku dan
sering nertingkah aneh
Gejala(Menurut Bleurer)
I. Gejala Primer
1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah
dan isi pikiran). Yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
- Terjadi kedangkalan afek-emosi
- Paramimi dan paratimi
(incongruity of affect / inadekuat)
- Emosi dan afek serta
ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
- Emosi berlebihan
- Emosi berlebihan
- Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3. Gangguan kemauan
-
Terjadi
kelemahan kemauan,Perilaku negativisme atas permintaan,Otomatisme: merasa
pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala psikomotor
Stupor atau hiperkinesia,
logorea dan neologisme, Stereotipi, Katelepsi: mempertahankan posisi tubuh
dalam waktu yang lama, Echolalia dan echopraxia
5. Autisme
II. Gejala Sekunder
1. Waham 2. Halusinasi
Penanganan
bagi penderita skizofrenia
Prognosa dan penyembuhan bagi
penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa
sembuh terutama jika keadaannya sudah parah. Yang penting adalah usaha
prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247-248) berupa:
menghindarkan dari
frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya.
- รผ Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik.
- รผ Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani.
- รผ Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert.
Dalam situs www.sivalintar.com
dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:
Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia
Selain cara
dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara
alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit,
sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di
sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.
Selain itu
ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien
skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi
masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut) dapat hidup
dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga (bersama-sama pasien lainnya) dalam
mana ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah
dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian
juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah
masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.
Semuanya
memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau
lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic diperlukan
perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik),
mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social
(cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan
social yang mendukung). Disamping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi
waktu) diperlukan juga terapi /rehabilitasi vokasional (untuk melatih
keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).
Semua ini
membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti, dan tidak
mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat
dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada keadaan
bebas penyakit dan terampil menjalani kehidupan secara mandiri.
Penderitaan keluarga yang memiliki anggota
skizofrenia
- Skizofrenia adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya bagi orang yang terkena tetapi pada keluarga juga. Barangkali tidak ada penyakit lain termasuk kangker yang lebih menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga seperti skizofrenia (Torrey, 1988)
- Atmosfer dalam keluarga adalah seperti menunggu dan terus menunggu akan meledaknya sebuah bom. Pasien terus menerus meragukan diri dan penuh pertanyaan. Keluarga hidup dengan ketakutan yang menetap bahwa gejala-gejala akan muncul lagi.
Banyak
keluarga belum mengerti benar apa itu skizofrenia, ketidak mengertian itu
melahirkan jalam pintas. Rata-rata mereka memasukkan kerabatnya ke rumah sakit
jiwa, padahal penyakit ini bisa dikendalikan dengan kemauan diri yang keras dan
dukungan keluarga penderitanya bisa hidup normal. Seperti yang dialami keluarga
Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita skizofrenia,” saat anak
saya divonis menderita skizofrenia saya kaget sekali. Rasanya saya ingin marah
karena anak saya dianggap gila sebab dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat
normal”.
Tetapi
akhirnya suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya, dia merasa terus
dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan sebagainya. ”saya
tidak mau anak saya disebut gila”. Tapi kini anaknya memang sedang menjalani
perawatan, dia sunggh luar biasa, dia tidak pernah berhenti berusaha setelah
tahu dirinya menderita skizofrenia, katanya.
Yang harus dilakukan keluarga dalam upaya
penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara
mengatasinya.
- Informasi/psikoedukasi.
- Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantua medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian info vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Info yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis danmembantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian info yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.
- Sikap yang tepat adalah SAFE.
- Menurut Torrey (1988) keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAEF ( Sense of humor, Accepting the illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic).
- Support group
- Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofren bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah.
- Family therapy(Object relations family therapy)
- Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
- Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri sipenderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan.
- Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia.
- Menerima kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap ksar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.
- Pasca perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali emosi penderita.
- Yang penting usaha-usaha prevenif berupa hindari frusrtasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak sosial yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa kebranian.
- Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stres jangka pendek.
- Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama. Seperti mendengarkan musik, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap.
- Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion) yang terdiri atas kritikan atau komentar negatif, emotional over involvment, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan kehangatan. Bila keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhanpun akan rendah.
Tritmen Untuk Skizofrenia
Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang
komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala,
terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat
dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup
di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada
pasien skizofrenia.
Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti
psikotik, minyak ikan.
Tritmen sosial dan psikologis
intervensi perilaku, kognitif, dan sosial
(melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan
mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana
menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak
kambuh)program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi
pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat
mereka akses setiap tapi di Indonesia
masihรจsaat-terutama bagi yang
tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan
tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.
KriteriaSembuh
Istilah remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan
pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala skizofrenia,
tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah
recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup disamping terbebas dari
gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau
belajar sesuai harapan keadaan diri pasien masyarakat sekitarnya. Untuk
mencapai kondisi sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan
medikasi, konsultasi psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja,
dan kesempatan yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya.
Kini perlu disadari bahwa peran keluarga
sangatlah penting dalam usaha penyembuhan penderita skizofrenia. Keluarga
penderita adalah sumber amat penting untuk memudahkan perawatan psikososial,
untuk itu jangan jauhi penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar
penderita tidak merasa dikucilkan.( http:/www.sivalintar.com/skizofrenia.html :1 maret 2008)
Posted on April 14, 2008 by
harnawatiaj
Pengertian
Menurut Gail W.
Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
Waham adalah
Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.
Penyebab
1. Faktor
predisposisi
· Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang
maladaptif.
· Neurobiologis; Adanya gangguan pada
korteks pre frontal dan korteks limbic
· Neurotransmitter
; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
· Virus
paparan virus influensa pada trimester III
· Psikologis;
ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2.Faktor Presipitasi
· Proses
pengolahan informasi yang berlebihan
· Mekanisme penghantaran listrik yang
abnormal.
· Adanya
gejala pemicu
Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
meliputi :
· Regresi
: berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas
· Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi
· Menarik
diri
· Pada
keluarga ; mengingkari
3 Prilaku
· Waham
agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi
utusan Yang Maha Kuasa.
· Waham
somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau
terganggu.
· Waham
kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
· Waham
paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak
mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain
“ingin menangkap “ atau memata-matainya.
· Siar
pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
· Sisip
pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau
pengaruh luar.
4.Rentang
respon perilaku adaptif-maladaptif
Respon adaptif - respon
maladaptif
Tanda dan gejala
Pasien
ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan
pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi,
halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau
beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga
berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
· Biasanya
spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau
aktivitas tertentu).
· Biasanya
terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan
tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
· Biasanya
waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
· Wahamnya
tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien
ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham
mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi
sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka
(misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan
dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi
ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti
kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas
setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif,
ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering
terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan,
reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan
pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.
Penanganan
· Psikofarmakologi
· Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik
low potensial
· penarikan
diri high potensial
· ECT
tipe katatonik
· Psikoterapi
Perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan
tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan
kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak
sesuai.
· Neurosensori
Mengalami emosi
dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang
terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai
penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain,
dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
· Keamanan
Dapat menimbulkan
prilaku berbahaya/menyerang
· Interaksi
sosial
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
Umumnya bermasalah dengan hukum.
Proses terjadinya
waham
Waham adalah anggapan
tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi
dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi
formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai
pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta.
Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas,
telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran
dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran
rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri
mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari
anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan
dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.
Gejala-
gejala waham
Jenis skizofrenia
paranoid mempunyai gejala yang khas yaitu waham primer, disertai dengan
waham-waham sekunder dan halusinasi (Maramis, 1998). Menurut Kaplan dan Sadock
(1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:
a. Status mental
1)
Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila
ada sistem waham abnormal yang jelas.
2) Mood
klien konsisten dengan isi wahamnya.
3)
Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4)
Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri,
mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5)
Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi
ringan.
6)
Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali
pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1)
Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2)
Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3)
Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
5.
Tipe-tipe waham
a. Menurut kaplan
dan sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:
1) Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yangsangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
1) Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yangsangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
2)
Tipe kebesaran (magalomania):yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat,
kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.
3)
Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini jarang
ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak, dan hilang
setelah perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan penyiksaan hebat
dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh
pasangan, oleh karena delusinya.
4) Waham kejar : keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
5) Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe somatik.
4) Waham kejar : keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
5) Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe somatik.