TOKSIKOLOGI LOGAM
Hmm,,teman-teman aku punya info baru ini,,,yah berhubungan dengan makanan dan logam,,,,,
yukk,,, mari kita baca& dan belajar bersama.moga bermanfaat yah!!!!!
Logam berat
ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap
cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5g adalah logam
ringan. Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam mineral “trace”
atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit. Beberapa mineral trace adalah
esensiil karena digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya seng
(Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co),
mangaan (Mn) dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan
bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium (Cd)
dan timbal (Pb).
Logam
toksik tersebut juga banya digunakan untuk proses industri dan pertambangan.
Limbah yang dibuang dari pabrik tersebut bila tidak dikontrol akan menyebabkan
pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi penduduk yang tinggal disekitar
pabrik tersebut. Misalnya kasus “Minamata disease” yang disebabkan oleh
pencemaran merkuri (Hg) dan itai-itai disease yang disebabkan oleh pencemaran
kadmium (Cd).
Toksisitas merkuri
Keracunan merkuri adalah logam
pertama yang pernah dilaporkan daripada logam lainnya dan merupakan kasus
pertama penyakit keracunan yang masuk dalam daftar undang-undang kesehatan
industri. Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia yaitu
inorganic merkuri dan organic merkuri. Kasus pencemaran lingkungan banyak
disebabkan oleh toksisitas merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan rantai
alkil yang pendek yaitu ethyl-merkuri dan methyl-merkuri. Senyawa tersebut
sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang
sukar ditembus oleh senyawa lain, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible baik pada orang
dewasa maupun anak.
Senyawa merkuri organic yang paling
popular adalah methyl-merkuri, yang pertama disintesis pada tahun 1865. Senyawa
tersebut kemudian diketahui senyawa yang berpotensi penyebab toksisitas
terhadap system sraf pusat. Tetapi walaupun begitu tujuan sintesis metyl
merkuri tersebut adalah digunakan sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian
yang baru dipanen. Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai keracunan merkuri
pada petani dan keluarganya, sehingga akhirnya penggunaan metil merkuri untuk
mencegah pertumbuhan jamur dihentikan.
Sistem saraf pusat adalah target
organ dari toksisitas metil merkuri, sehingga gejala yang terlihat erat
hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang timbul adalah:
- Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
- Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara
- Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala dan hipersalivasi.
Tremor pada otot merupakan gejala awal dari
toksisitas Hg tersebut, tetapi derajat berat atau ringannya toksisitas
bergantung pada diet per harinya, lama mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan
demikian semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang terkontaminsi
metil-merkuri per hari, maka semakin berat gejala terjadinya penyakit karena
toksisitas metil-Hg tersebut..
Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90 hari, tetapi eliminasi
dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur, sedangkan akumulasinya dengan
mudah menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi Hg dalam darah sekitar 10-20
ug% biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada konsentrsi
sekitar5 50 sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan gejala.
Toksisitas
timbal (Pb)
Pengaruh toksisitas akut Pb agak
jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan.
Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik
pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri,
percetakan, pelapisan logam dan pengecatan system semprot.
Timbal adalah logam toksik yang
bersifat kumulatif, sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa
organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut:
- Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
- Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer.
- Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.
- Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi
- Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah
- Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada pria.
- Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein
dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja system enzim. Timbal
mengganggu system sintesis Hb dengan jalan menghambat konversi delta
amonolevulinik asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga menghambat
korporasi dari Fe ke dalam protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan jalan
menghambat enzim delta-aminolevulinik asid dehidratase (dekta-ALAD) dan
ferokelatase. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam
urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb.
Toksisits
kadmium (Cd)
Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn, proses
pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping kadmium.yang terbuang kealam
lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan kadmium kedalam tubuh
manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau
kandungan Cd dalam feses.
Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd
masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4
minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmium dalam
tubuh terakumulasi dalam ginjal dan hati terutama terikat sebgai
metalothionein. Metalotionein mengandung asam amino sistein, dimana Cd terikat
dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh
toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi
antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap
aktivitas kerja enzim.
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan daripada
saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari menghisap debu
dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah
menghisap, korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah, kepala
pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya edema
paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi emfisema atau gangguan
paru-paru yang jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil Cd dalam
waktu yang lama. Gejala akan terjadi
setelah selang waktu beberapa lama dan kronik. Kadmium pada keadaan ini
menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan
aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi glumerolus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis
juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi
karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi
ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cd krosik. Kadmium dapat
menyebabkan osteomalasea karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan
kalsium dan fosfat dalam ginjal. Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah
Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai
pada penduduk wanita umur 40 tahun keatas.